Penulis/Author |
Dr. Wagiman, S.T.P., M.Si. (1) ; Dr. Ir. Makhmudun Ainuri, M.Si. (2); Arita Dewi Nugrahini, S.T.P., M.T., Ph.D. (3); Ir. Suharno, M.Eng., M.Eng.Sc. (4); Rosa Amalia, S.T.P., M.Sc. (5); Prof. Dr. Kuncoro Harto Widodo, S.T.P., M.Eng. (6); Dr. Ir. Guntarti Tatik Mulyati, M.T. (7); Dr. Henry Yuliando, S.T.P., M.M., M.Agr. (8); Dr. Agung Putra Pamungkas, S.T.P., M.Agr. (9); Dr. Ir. Endy Suwondo, DEA (10); Prof. Dr. Mirwan Ushada, S.T.P., M.App.Life.Sc. (11); Dr. Jumeri, S.T.P. M.Si (12); Ir. Pujo Saroyo, M.Eng.Sc. (13); Prof. Dr. Ir. Mochammad Maksum, M.Sc. (14); Dr. Darmawan Ari Nugroho, S.T.P., M.P. (15); Imam Bagus Nugroho, S.Si., M.Sc. (16) |
Abstrak/Abstract |
Luasan perkebunan kopi rakyat dan produksi kopinya di Kabupaten Kulon Progo relatif stagnan selama lima tahun terakhir. Produksi tersebut tergantung dari dua Kapanewon yaitu Samigaluh dan Girimulyo sebagai daerah penghasil utama kopi di Kulon Progo. Tanaman kopi sangat bervariasi dari sisi umur tanaman, sebgian berusia sangat tua dan sebagian masih sangat muda sehingga produktivitasya rendah. Tanaman kopi juga tidak menjadi tanaman utama di suatu lahan akibatnya perawatan sangat minim bahkan banyak yang dibiarkan hidup secara alami. Oleh karena itu, perlu dicari bagaimana meningkatkan produksi kopi baik melalui intensifikasi maupun ekstensifikasi. Kopi di Kulon Progo juga masih diwarnai oleh klaim-klaim kualitas yang berbeda-beda, misalnya ada kopi moka, kopi suroloyo, kopi menoreh dengan aroma atau rasa yang berbeda. Petani dan pengolah kopi juga tidak membuat grade kualitas kopi untuk dipasarkan ke konsumen. Di sisi lain, Pemerintah Daerah sangat mendorong adanya sertifikasi Indikasi Geografis dan sertifikasi organik untuk seluruh kopi yang dihasilkan di perbukitan Menoreh. Untuk itu, perlu peningkatan kualitas kopi dan juga pemahaman petani dan pengolah kopi tentang arti pentingnya kualitas kopi. |